“Rutinitas Misa - Mengapa Kita Melakukan Rutinitas yang Sama?”

Nara Sumber: Romo Sam Nasada, OFM

Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa umat Katolik di seluruh dunia melakukan rutinitas yang sama di setiap misa? Adakah juga yang tahu alasan atau tujuan dari rutinitas misa?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dijelaskan secara sangat detail oleh Romo Sam Nasada, OFM pada acara OMK WKICU retreat yang bertema “Embracing the Eucharist.” Acara tersebut diadakan pada tanggal 15-17 September 2023 di Santa Teresita Youth Conference Center di Three Rivers, CA. 

Romo Sam menjelaskan setiap elemen di dalam tiga misa selama retreat dengan menggunakan visi dari National Eucharistic Revival: “To inspire a movement of Catholics across the United States who are healed, converted, formed, and unified by an encounter with Jesus in the Eucharist - and who are then sent out on mission for the life of the world.”

Pertama-tama, Romo Sam menjelaskan arti dari kata Misa, yaitu ritual yang umat Katolik rayakan sebagai tanggapan terhadap perintah Yesus yang kita lakukan untuk mengenangNya. Salah satu cara untuk menggambarkan misa adalah dengan mengingat hari Kamis Putih, Jumat Agung, dan Minggu Paskah atau Pekan Suci. Pekan suci adalah perayaan hidup dan pengorbanan Yesus Kristus untuk umat manusia. Karena itu, misa adalah kesempatan kita sebagai umat Katolik untuk menyembah dan bersyukur atas anugerah keselamatan kita di dalam Yesus Kristus.

Romo Sam juga menjelaskan bahwa di dalam Ekaristi, dunia ciptaan menemukan keagunganNya yang terbesar, dan kepenuhan sudah diwujudkan. Ia adalah pusat kehidupan alam semesta, pusat yang berkelimpahan cinta dan kehidupan yang tiada habisnya. Ekaristi juga menyatukan langit dan bumi, merangkul dan meresapi seluruh ciptaan. Maka dari itu, Ekaristi merupakan tindakan kasih kosmik karena dimanapun dirayakan, baik di altar sederhana di sebuah kampung atau di dalam gereja yang megah, Ekaristi selalu dirayakan di altar dunia. 

Setelah kita mengerti arti Misa dan makna kata Ekaristi, marilah sekarang kita mencari tahu setiap elemen dan tujuannya sebagai berikut:

Elemen yang pertama - Pertemuan atau Upacara Perkenalan Misa 

Tujuan: menyatukan kita menjadi satu tubuh, siap mendengarkan dan memecahkan roti bersama, karena Tuhan sendiri yang memanggil semua umat ke perayaan Ekaristi untuk hadir untuk menanggapi undanganNya.

Mengapa kita berlutut atau membungkuk pada saat memasuki gereja dan bangku gereja? Karena kita berlutut di hadapan kehadiran Kristus di tabernakel sebelum memasuki bangku gereja yang di adaptasi dari zaman abad pertengahan Eropa pada saat rakyat berlutut di hadapan raja dan orang yang berpangkat. Bagaimana kalau tabernakelnya tidak terletak di tempat kudus? Kita sepantasnya mengungkapkan rasa hormat terhadap altar, bahkan ada kebiasaan yang lebih kuno lagi yaitu membungkuk di depanNya sebelum memasuki bangku gereja.

Prosesi masuk misa bersama beberapa petugas liturgi - prosesi ini adalah tanda ziarah: kita datang, berjalan dari kehidupan biasa kita menuju tempat suci. Romo Sam juga menjelaskan kalau prosesi tidak dimulai pada saat lagu pembukaan dimainkan, melainkan dimulai pada saat kita bersiap-siap di rumah untuk menuju ke gereja. 

Mengapa umat berdiri dan bernyanyi di awal misa? Berdiri adalah postur tradisional umat Kristiani saat berdoa yang mengungkapkan perhatian kita terhadap Firman Tuhan dan kesiapan kita untuk melaksanakannya. Kemudian, kita mulai dengan bernyanyi bersama untuk menyatukan pikiran dan suara kita dalam satu kata, ritme, dan melodi yang sama.

Tanda salib - untuk mengingatkan kita akan jati diri Kristiani yang telah kita tandai, tanda sebagai anak Tuhan dan murid Kristus.

Romo mencium altar - tanda penghormatan terhadap altar Kristus sebagai tempat pengorbanan misa, jenazah, dan darah Kristus yang disemayamkan.

Pengingatan akan Trinitas - Romo: “Rahmat Yesus Kristus, kasih Allah Bapa dan persekutuan Roh Kudus menyertaimu.” “Tuhan bersamamu.” Umat: “Dan bersama RohMu” (kutipan dari Laudato Si, paragraph 256). Kutipan kata-kata ini adalah inspirasi dari cara Santo Paulus menyapa orang-orang Kristen mula-mula dalam surat-suratnya. Bukan sekedar sapaan, tapi juga doa memohon rahmat, kasih sayang, dan persekutuan Tuhan kepada lawan bicara, tidak hanya di permukaan tetapi jauh di lubuk hati.

Ritus Pertobatan - kita diajak untuk mengingat dosa-dosa kita dan memohon kepada Tuhan untuk mengampuni dosa-dosa kita, sehingga kita bisa bersih dan siap bertemu Tuhan. 

Gloria - menyatukan suara dan hati kita dengan para wali dan malaikat di surga, agar langit dan bumi bertemu dan bersama-sama memuji Tuhan.

Di akhir misa bagian pertama, Romo mengajak umat untuk menyatukan pikiran dalam doa dengan undangan berdoa. Selalu ada jeda di saat ini untuk memberi setiap umat waktu mempertimbangkan niat doa, untuk mengatakan apa yang secara khusus ingin didoakan di dalam misa. Pada saat Romo mengatakan, “Marilah berdoa/Let us pray” dari doa Kolekta/Collect artinya adalah Romo mengoleksi semua intensi doa umat di satu doa dan mempersembahkannya kepada Tuhan. 

Kata “Amin” yang umat sebutkan diambil dari kata Ibrani yang berarti “So be it (biarlah).”

Elemen yang kedua - Liturgi Sabda 

Di dalam liturgi, kehadiran Yesus berada di dalam Kurban Misa: roti dan anggur dan pribadi pelayan, dalam sakramen-sakramen, dalam Sabda Tuhan, dan dalam gereja yang memohon dan bermazmur (kutipan dari Dokumen Konsili Vatikan II tentang liturgi Sacrosanctum Concilium).

Pada misa di hari Minggu, ada tiga bacaan (empat dengan Mazmur Tanggapan) yang diambil dari Kitab Suci. Bacaan-bacaan ini adalah cerita umat Tuhan. Praktik yang bagus adalah membaca semua bacaan ini di rumah sebelum datang ke gereja dan membagikan refleksinya kepada keluarga, teman dan lainnya, dan berpeganglah pada satu kata atau satu pesan yang paling menyentuh hati dan bawalah itu saat datang ke misa.

Bacaan pertama biasanya diambil dari kitab Perjanjian Lama. Tujuan dari bacaan pertama adalah untuk mengingat kembali asal mula perjanjian yang Allah buat dengan nenek moyang kita dalam iman. Bacaan pertama juga bisa diambil dari Kisah Para Rasul (biasanya pada masa Paskah) atau Kitab Wahyu. Bacaan pertama seringkali berhubungan dengan bacaan Injil dan akan memberikan latar belakang dan wawasan mengenai makna dari apa yang Yesus akan lakukan dalam Injil. 

Mazmur Tanggapan - sebuah lagu dari himne yang diilhami Tuhan, diambil dari kitab Mazmur.  

Bacaan kedua biasanya diambil dari Surat-Surat Paulus atau Surat-Surat apostolik lainnya kepada umat Ibrani, Surat Petrus dan Yohanes. Sedangkan bacaan Injil diambil dari salah satu empat Injil: kitab Matius, Markus, Lukas, atau Yohanes. 

Pada saat mendengarkan setiap bacaan, bukalah hati anda masing-masing untuk kata atau pesan yang menyentuh dengan cara yang istimewa. Ketika menanggapi syukur kepada Tuhan atau pujian kepada Tuhan Yesus Kristus setelah bacaan, anda sedang mengucap syukur atau memuji Tuhan walaupun anda tidak mengerti. Mengucapkan syukur terutama ditujukan kepada Tuhan sebagai pengakuan bahwa Tuhan hadir dan berbicara kepada anda melalui proklamasi Kitab Suci.

Mengapa kita berdiri pada saat Injil dibacakan? Dikarenakan kehadiran Kristus yang unik dalam pewartaan Injil, sudah lama menjadi kebiasaan untuk berdiri dengan penuh hormat dan hormat ketika mendengar kata-kata itu. Dan juga karena kita percaya bahwa Kristus hadir dalam FirmanNya karena Dia sendirilah yang berbicara ketika Kitab Suci dibacakan di gereja.

Salah satu peserta retreat bertanya, “Adakah alasannya mengapa struktur bacaan-bacaan berurut seperti yang dipraktikkan?” Romo Sam menjawab, “tidak ada alasan yang tertentu melainkan tradisi gereja Katolik.”

Homili adalah lebih dari sekedar khotbah atau ceramah tentang bagaimana kita harus hidup atau apa yang harus kita percayai. Homili adalah suatu tindakan ibadah yang berakar pada teks misa dan Kitab Suci, khususnya bacaan-bacaan yang baru saja diwartakan. Romo mengambil firman itu dan membawanya ke dalam situasi kehidupan kita saat ini. Janganlah berpikir, “Itu homili yang bagus,” melainkan, “Tuhan berbicara kepadaku hari ini.” Homili tidak dimaksudkan sebagai hiburan, ceramah, atau nasihat agama tetapi dimaksudkan untuk membuka dialog antara Tuhan dan anda untuk membangkitkan kerinduan akan Tuhan di dalam hati anda.

Syahadat Iman Nicea atau Syahadat Iman Para Rasul - pembacaan syahadat merupakan serangkaian kebenaran inti yang kita yakini sebagai umat Katolik dan pernyataan iman kita terhadap sabda yang telah kita dengar yang diproklamirkan dalam Kitab Suci dan homili. Syahadat Iman juga menghubungkan Liturgi Sabda dan Ekaristi sebagai jemaah yang mengenang kembali misteri iman yang akan kembali diwartakan dalam Doa Syukur Agung.

Doa Umat - tradisi yang lain di gereja Katolik adalah doa umat. Ini juga persembahanmu, persembahan doa dan niat. Ada empat kategori doa umat: gereja, bangsa dan pemimpinnya, orang-orang yang berkebutuhan khusus, dan kebutuhan lokal paroki kita.

Elemen yang ketiga - Liturgi Ekaristi

Persiapan altar - umat Kristen zaman dahulu masing-masing membawa roti dan anggur dari rumah mereka ke gereja untuk digunakan dalam misa dan untuk diberikan kepada pendeta dan orang miskin. Pada jaman sekarang, pikirkan tentang apa yang ingin anda persembahkan kepada Tuhan. 

Romo Sam juga memakai analogi persiapan makan-makan pada acara Thanksgiving dan lainnya, untuk menghubungkan dengan kehidupan kita sehari-hari: 1) atur meja, 2) ucapkan rahmat, 3) bagikan makanan. Pada misa, tindakan ritual tersebut adalah 1) persembahan atau persiapan altar dan persembahan, 2) doa Syukur Agung, dan 3) upacara komuni. 

Persembahan - Persembahan untuk paroki dan orang miskin diberikan dengan sumbangan uang. Sekeranjang berisi uang yang dikumpulkan itu kemudian dibawa kepada Romo untuk diberkati. Romo juga menerima roti dan anggur yang dibawakan oleh anggota jemaah, melambangkan bahwa mereka dipersembahkan oleh umat. 

Ada yang bertanya, “Adakah syarat untuk jumlah sumbangan uang sewaktu misa?” Jawab Romo, “Tidak ada persyaratan. Semua tergantung dari kesadaran diri sendiri berapa jumlah uang yang layak dipersembahkan kepada Tuhan.”

Ada beberapa doa persiapan persembahan yang umat biasanya tidak dengar pada saat Romo mempersiapkan altar untuk Sakramen Ekaristi. Doa-doa ini berakar pada doa yang diucapkan Yesus sendiri pada perjamuan terakhir, doa Yahudi sebelum makan Paskah, memberkati dan bersyukur kepada Tuhan atas makanan dan minuman yang akan dikonsumsi. Berikut ini adalah doa-doa persiapan persembahan yang sesuai dengan Tata Perayaan Ekaristi (TPE):

Dengan semangkuk penuh hosti, “Terberkatilah Engkau, Tuhan Allah semesta alam, sebab dari kemurahan-Mu, kami menerima roti, yang kami persembahkan kepadaMu, hasil bumi dan usaha manusia yang bagi kami akan menjadi roti kehidupan.”

Dengan piala berisi anggur, “Terpujilah Engkau, Tuhan Allah semesta alam, sebab dari kemurahanMu, kami menerima anggur, yang kami persembahkan kepada-Mu, hasil pokok anggur dan usaha manusia, yang bagi kami akan menjadi minuman rohani.”

Romo Sam menambahkan bahwa kita juga mempraktikkan doa-doa ini pada saat kita berdoa sebelum makan yang berbunyi, “Bless us O Lord and these thy gifts…”

Menuangkan air ke dalam anggur - Alasan pertama adalah tradisi supaya anggurnya tidak terlalu kuat. Alasan kedua lebih bersifat teologis: air adalah simbol Kristus yang mencurahkan diriNya dan membagikan keilahianNya kepada kita dengan mengambil kemanusiaan kita.

Pencucian tangan - pada perjamuan Paskah, pemimpin perjamuan itu akan mencuci tangannya. Ini bukan sekadar membasuh kuman, tapi juga persiapan, penyucian jiwa, untuk mempersembahkan kurban suci misa.

Doa Syukur Agung - kita berseru kepada Tuhan untuk mengingat semua perbuatan penyelamatan yang luar biasa dalam sejarah kita dan untuk mengingat peristiwa sentral dalam sejarah kita, Yesus Kristus, dan khususnya peringatan yang Dia tinggalkan untuk kita pada malam sebelum Dia meninggal serta mengingat sengsara, kematian, dan kebangkitanNya. Setelah dengan rasa syukur mengingat semua tindakan penyelamatan luar biasa yang telah dilakukan Tuhan bagi kita di masa lalu, kita memohon kepada Tuhan untuk melanjutkan perbuatan Kristus di masa sekarang. 

Ketika Romo berkata “Marilah kita mengarahkan hati kepada Tuhan,” itu merupakan pengingatan bahwa dalam misa kita mempersatukan diri kita dengan Kristus sebagai kurban. Kita ingat bahwa Tuhan tidak menginginkan kurban bakaran kita, melainkan hati kita yang menyesal dan rendah hati. Pada saat umat berseru, “Sudah kami arahkan,” itu adalah tanda bahwa umat siap untuk mempersiapkan hati kepada Tuhan. Pada saat umat berkata, “Sudah layak dan sepantasnya,” ini merupakan sebuah doa untuk mengingat betapa indahnya Tuhan kepada kita.

Ketika jemaat bernyanyi “Kudus…Kudus…” semua menyanyikannya bersama para malaikat dan persekutuan orang-orang kudus. Dengan nyanyian pujian ini, kita mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam bagian misa yang paling suci.

Epiklesis - panggilan kepada Roh Kudus untuk mengubah pemberian roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus. Hal ini terjadi ketika Romo mengulurkan tangan di atas roti dan anggur dan membuat tanda salib. Dengan kata-kata ini, kita juga diingatkan bahwa kita pun diambil, diberkati, dihancurkan, dan dibagikan untuk kehidupan dunia. 

Sedangkan pada saat Romo berseru “Ini tubuhku dan Ini darahku” - ini adalah kata-kata institusi Ekaristi bukan Epiklesis.

Misteri Iman - proklamasi misteri iman adalah untuk mengingat perbuatan keselamatan yang luar biasa Tuhan kita: sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus.

Doksologi - doa kemuliaan kepada Tuhan dalam nama Kristus yang berbunyi, "Dengan Pengataran Dia, dan dalam Dia, bagi-Mu, Allah Bapa yang Mahakuasa, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan, sepanjang segala masa. Amin.” Amin kita terhadap doa ini menyatakan persetujuan dan partisipasi kita dalam seluruh Doa Syukur Agung, atas konsekrasi diri kita sebagai kurban, dipersatukan dengan Kristus yang disebut sebagai Amin yang agung. Ceritanya adalah orang-orang Kristen mula-mulanya mengucapkan Amin ini dengan suara lantang, dengan segenap tenaga mereka, sehingga tembok-tembok gereja akan berguncang - seperti konser Taylor Swift, canda Romo Sam. 

Bapa Kami - Mengapa Romo mengatakan “We DARE to say/Kami Berani berdoa” sebelum doa Bapa Kami? Ini untuk mengingatkan kita ketika Yesus menyebut dirinya Anak Allah dan para pemimpin Yahudi saat itu menuduhnya melakukan penistaan ​​agama. Sudahkah kita menyadari jati diri kita sebagai anak Tuhan? Dengan kita berdoa Bapa Kami, kita juga mempersiapkan diri untuk makan dan minum di Perjamuan Tuhan dengan kata-kata yang diajarkan oleh Yesus: "Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami seperti kami mengampuni orang yang bersalah kepada kami."

Tanda Perdamaian - Pada momen tanda perdamaian ini, kita mengakui bahwa meskipun kekerasan dan kekacauan terus berlanjut di luar, kita semua diberikan kedamaian di hati. Komuni adalah tanda dan sumber rekonsiliasi dan persatuan kita dengan Tuhan dan satu sama lain, kita membuat isyarat persatuan dan pengampunan dengan orang-orang di sekitar kita dan menawarkan mereka tanda perdamaian.

Pemecahan Roti - kita ingat lagi perkataan Yesus, “Inilah tubuhKu yang dipecah untukmu.” Selama ini, kita biasanya menyanyikan Anak Domba Allah. Di dalam perjamuan Paskah Yahudi, selalu ada daging yang telah disembelih. Darah Anak Domba akan digunakan untuk menandai pintu, sama seperti Musa diperintahkan untuk melakukannya agar para malaikat Tuhan dapat melewati pintu-pintu bangsa Israel agar terhindar dari kematian. Karena inilah, kita berdoa kepada Yesus, Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia agar mengasihani kami dan memberi kami kedamaian. 

Komuni - Ketika Anda datang untuk komuni, ingatlah bahwa Anda menerima Ekaristi, bukan mengambilnya. Ketika kita menjawab dengan Amin, itu adalah sebuah penegasan bahwa kita percaya bahwa itu benar-benar Tubuh Kristus.

Doa setelah menerima komuni - Kini kita meluangkan waktu untuk berdoa dalam hati dalam hati, mengucap syukur, dan memuji Tuhan serta memohon semua yang dijanjikan sakramen ini. Salah satu cara untuk berdoa pada saat ini adalah dengan membayangkan diri Anda seperti Maria pada saat dia mengandung Yesus dan pergi mengunjungi sepupunya, Elisabet. Ketika Elisabet melihat Maria, bayi dalam kandungannya melonjak kegirangan. Pada saat itulah Maria menyanyikan lagu Magnificat, "Jiwaku mewartakan kebesaran Tuhan, hatiku bersukacita karena Allah penyelamatku, karena Ia telah memandang baik hambaNya yang hina ini." Kita bisa menyatukan doa kita dengan Maria, memuji Tuhan atas perbuatan besarNya kepada kita.

Ritus Penutup/Pengutusan - ini adalah misi dengan atau untuk diutus. Sama seperti ketika Maria mengunjungi Elisabet dan menyampaikan kabar baik kepadanya, kita pun kini harus membawa Yesus dan mewartakan kabar baik agar dunia dapat melompat kegirangan. Sama seperti Yesus menugaskan murid-muridnya untuk keluar dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus, kita menundukkan kepala untuk menerima berkat dan penugasan.

Romo atau diakon kemudian membubarkan misa dengan mengatakan, “Pergilah dengan damai, memuliakan Tuhan dengan hidupmu.” Romo ingin melihat kita memuliakan Tuhan sepanjang waktu dan dalam segala aspek kehidupan kita, tidak hanya ketika kita berdoa atau membaca Alkitab atau berbicara tentang agama, tetapi juga ketika kita mencuci piring, mengerjakan pekerjaan rumah, dan sebagainya. St Irenaeus berkata, “kemuliaan Tuhan adalah pribadi manusia yang hidup seutuhnya.”

Ketika kita berseru “Syukur kepada Allah” di akhir misa, kita membawa Kristus ke dunia, kita membawa harapan di mana ada keputus asaan, kita membawa terang di mana ada kegelapan, kita membawa kegembiraan di mana ada kesedihan. 

Apakah hal ini tampak menakutkan dan mustahil? Memang benar, namun keseluruhannya dirancang untuk membantu kita menyadari bahwa kita tidak sendirian. Kita melakukannya bersama Yesus, yang berjanji untuk menyertai kita dan gereja sampai akhir zaman. Kita telah menerima tubuhNya, maka kita kini menjelma menjadi tubuh mistikNya agar kita dapat hidup kekal dan dunia juga dapat hidup.

Semoga dengan penjelasan-penjelasan ini, kita semua umat Katolik khususnya di WKICU, bisa lebih mengerti dan menghargai setiap rutinitas yang kita jalani pada saat menghadiri misa. Amin!

Salam kasih Kristus!

**Disclaimers: semua materi dirangkum dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan izin dari Romo Sam. Kredit kepada Ingrid untuk kontribusi slides misa yang telah membantu penulisan artikel ini.

Previous
Previous

Something Happens When You Surrender to Jesus - part 1 of 4

Next
Next

How to Defeat Your Own Demon?