Hello teman - teman! Perkenalkan nama saya Wiwit Handayani. Saya lahir dan besar di Jakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Santa Ursula, saya melanjutkan studi ke University of San Francisco (USF).
Selama masa kuliah, saya sering diajak oleh teman-teman dari gereja Kristen untuk mengikuti kegiatan mereka. Mereka sangat ramah dan perhatian, bahkan sering menawarkan tumpangan jika saya ingin ikut ke gereja. Namun, dengan sopan saya menolak, karena sejak SMA saya sudah aktif dalam Mudika di Lingkungan Santo Antonius, Jakarta. Maka dari itu, saya sangat ingin terlibat dalam komunitas pemuda Katolik Indonesia di San Francisco.
Syukurlah, saya dan beberapa teman Katolik di USF dipertemukan dengan WKICU. Saat itu, misa bulanan diadakan di kapel Lone Mountain, di dalam kampus USF. Sejak tahun 1993, saya mulai bergabung sebagai bagian dari Mudika—yang sekarang dikenal sebagai OMK. Bisa dibilang, saya bertumbuh bersama WKICU.
Saya aktif dalam kelompok koor Mudika, dan hampir setiap akhir pekan kami berkumpul—baik untuk latihan paduan suara maupun kegiatan pendalaman iman seperti bible study. Banyak kenangan indah yang saya simpan dari masa itu, termasuk saat kami bersama-sama merekam kaset lagu rohani sebagai bagian dari penggalangan dana.
Setelah saya dikaruniai dua anak—Matthew dan Gabriel—saya mulai terlibat sebagai koordinator Sekolah Minggu. Dan ketika Matthew menginjak usia SMA, saya bersama beberapa rekan mulai mendampingi kelompok remaja di WKICU.
Setelah anak-anak memasuki jenjang kuliah, saya kembali aktif di wilayah Union City sebagai Kawil. Saat ini, saya menikmati masa yang lebih tenang, dan dengan sukacita menghadiri misa bulanan WKICU sebagai bagian dari komunitas senior, atau yang kami sebut dengan hangat sebagai “Golden Girls.” 😊
Saya merasa sangat bersyukur melihat generasi muda yang kini semakin aktif dan antusias melayani di WKICU. Bagi saya pribadi, WKICU memiliki tempat yang sangat istimewa dalam hidup. Di sinilah saya bertemu dengan sahabat-sahabat yang telah menjadi seperti keluarga—seperti saudara sendiri—karena kami telah berjalan bersama sejak tahun 1990-an. Saya bertemu dengan suami saya, Andrew, saat kuliah di USF. Ia mulai ikut misa WKICU sejak masa kuliah—walaupun pada awalnya belum memahami Bahasa Indonesia 😊. Syukurlah hingga kini ia tetap setia menghadiri misa bulanan, karena ia pun merasakan bahwa WKICU adalah komunitas yang berarti dan hangat, meskipun ia bukan berasal dari Indonesia.
Harapan saya, WKICU dapat terus menjadi tempat bertumbuh dalam iman bagi umat Katolik Indonesia di Bay Area—baik yang muda maupun yang senior. Komunitas ini memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga semangat dan identitas iman anak-anak muda Katolik Indonesia di perantauan. Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang telah dengan setia melayani dan menjaga WKICU tetap hidup dan berkembang. |