The Feast of Our Lady of Fatima

Our Lady of Fátima (secara resmi dikenal sebagai Our Lady of the Holy Rosary of Fátima), adalah a Gelar Katolik Bunda Maria, berdasarkan penampakan Maria pada tahun 1917 kepada tiga anak gembala di Cova da Iria, di Fátima, Portugal. Ketiga anak itu adalah Lúcia dos Santos dan sepupunya Francisco dan Jacinta Marto.

penampakan-di-fatima-5cda93e16db8434d59329691.jpg

Menggembalakan kawanan ternak sambil bermain telah menjadi kebiasaan ketiga anak itu. Mereka membawa ternak ke rumput yang hijau dan memberi minum ternak dari sumur di rumah Lucia. Di situlah, ketika mereka hendak memberi ternak minum, seorang malaikat menampakkan dirinya sebagai Malaikat Pelindung Portugal. Itu terjadi pada tanggal 13 Mei 1917, sekitar tengah hari. Setelah itu, Lucia, Fransisco dan Jacinta melihat penampakan seorang wanita cantik sedang bercahaya, memegang rosario di tangannya.

Lucia, Fransisco dan Jacinta.

Lucia, Fransisco dan Jacinta.

Tiba-tiba mereka melihat kilat. Karena takut, anak-anak itu pun mulai berlari mencari perlindungan. Tepat di atas pohon ek, mereka melihat lagi perempuan yang sedang berkilauan cahaya. Perempuan yang adalah Bunda Maria itu mengatakan kepada mereka agar tidak takut. Kata perempuan itu, “Aku datang dari Surga''.

Di kemudian hari, Lucia mendeskripsikan penampakan pertama di tanggal 13 Mei 1917 itu demikian: “Seorang wanita berpakaian serba putih, lebih cemerlang dari matahari. Dia memancarkan cahaya dalam kemilaunya yang sangat jernih. Cahaya itu lebih kuat dari piala kristal yang diisi dengan air kristal dan disambar oleh sinar matahari. Cahaya yang kami lihat di hari itu adalah matahari yang paling cemerlang.”

Lúcia sendiri tidak pernah bisa menggambarkan seperti apa keadaan pada waktu itu, karena amatlah mustahil baginya untuk menatap dengan mata terpaku pada wajah surgawi yang sedang mempesona itu. Yang Lucia tahu adalah bahwa dirinya bersama Fransisco dan Jacinta berada begitu dekat dengan Bunda Maria, sekitar satu setengah meter jauhnya. Itu artinya mereka berdiri dalam jangkauan cahaya yang memancar dan menyelimuti.

Dalam penampakan itu, terjadi percakapan mereka dengan Bunda Maria demikian:

Bunda Maria: Jangan takut; Aku tidak akan melukaimu.

Lúcia: Dari manakah Yang Mulia dan penuh rahmat?

Bunda Maria: Aku dari surga (Pada waktu itu Bunda Maria mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah langit.)

Lúcia: Dan apa yang Mulia inginkan dari saya?

Bunda Maria: Aku datang untuk meminta Kalian supaya datang ke tempat ini selama enam bulan berturut-turut pada hari ketiga belas di setiap bulannya, pada jam yang sama. Nanti aku akan memberitahu kalian siapakah diriku dan apa yang aku inginkan. Setelah itu, aku akan kembali ke tempat ini untuk kali ketujuh.

Lúcia: Apakah aku akan pergi ke surga juga?

Bunda Maria: Ya, tentu saja.

Lúcia: Dan Jacinta?

Bunda Maria: Dia juga.

Lúcia: Dan Francisco?

Bunda Maria: Dia juga, tetapi dia harus banyak berdoa Rosario.

Lúcia: Apakah Maria das Neves sudah ada di surga?

Bunda Maria: Ya, benar.

Lúcia: Dan Amélia?

Bunda Maria: Dia akan berada di api penyucian sampai akhir dunia. Apakah kamu ingin mempersembahkan dirimu kepada Allah untuk menanggung semua penderitaan yang Ia kehendaki dan yang dikirimkan-Nya kepada kamu, baik sebagai tindakan perbaikan atas dosa-dosa yang telah menimbulkan murka-Nya maupun sebagai tindakan permohonan bagi pertobatan orang berdosa?

Lúcia: Ya, kami siap.

Bunda Maria: Kalau begitu, kamu akan banyak menderita. Namun Rahmat Allah akan menjadi penghiburan bagi kamu.

Setelah mengucapkan kata-kata terakhir ini, yakni “Rahmat Allah….”, untuk pertama kalinya Bunda Maria membuka tangannya. Segeralah terpancar cahaya yang sangat terang dan menembus dada kami. Cahaya itu mencapai bagian terdalam dari jiwa kami dan memampukan kami melihat diri kami sendiri dalam dalam Tuhan.

Dialah cahaya itu, yang memampukan kami melihat diri kami lebih jelas daripada yang bisa kita lihat di hadapan sebuah cermin terbaik sekalipun. Tiba-tiba ada dorongan kuat dari dalam diri kami untuk berlutut. Sambil berlutut, kami mengulang seruan ini dalam hati: “O Tritunggal Mahakudus, aku memujamu! Tuhanku, Tuhanku, aku mencintai-Mu dalam Sakramen Mahakudus.”

Beberapa saat kemudian, Bunda Maria menambahkan, “Berdoalah Rosario setiap hari untuk mendapatkan kedamaian bagi dunia dan untuk mengakhiri perang.”

Bunda Maria tiba-tiba mulai terangkat dengan tenang ke arah timur sampai dia menghilang di kejauhan. Cahaya yang mengelilinginya, bisa dikatakan, membuka jalan melalui cakrawala berbintang.


Pesan Penampakan Bunda Maria di Fatima 1917

Pesan pertama
:

“Bunda Maria menunjukkan kepada kami sebuah lautan api yang besar yang sepertinya berada di bawah bumi. Yang terbenam di dalam api adalah setan-setan dan jiwa-jiwa di dalam rupa manusia, seperti bara api yang transparan, semua kehitaman atau gosong seperti tembaga, mengambang di atas lautan api, sekarang naik ke udara dengan lidah-lidah api yang keluar dari dalam diri mereka sendiri bersama dengan awan-awan api yang besar, sekarang jatuh kembali pada setiap sisi seperti percikan di dalam api yang besar sekali, tanpa berat atau keseimbangan, di tengah-tengah tawa dan erangan kesakitan dan keputusasaan, yang menakutkan kami dan membuat kami gemetar ketakutan. Setan-setan dapat dibedakan dengan kemiripan mereka yang menakutkan dan menjijikkan dengan binatang-binatang yang menakutkan dan tidak dikenal, semua hitam dan transparan. Penglihatan ini berakhir dalam sekejap. Bagaimana kami dapat bersyukur kepada Bunda Surgawi yang baik, yang telah mempersiapkan kami dengan menjanjikan di dalam Penampakan yang pertama, untuk membawa kami ke surga. Jika tidak, saya rasa kami akan sudah mati ketakutan….”

Pesan kedua:

Kami lalu melihat kepada Bunda Maria yang berkata:

“Kamu telah melihat kemana jiwa-jiwa yang berdosa pergi. Untuk menyelamatkan mereka Tuhan berkehendak untuk mengadakan di dunia devosi kepada Hatiku yang tidak bernoda (Immaculate Heart). Jika apa yang aku katakan kepadamu dilakukan, banyak jiwa akan diselamatkan dan akan ada damai. Perang [Perang Dunia I] akan berakhir, tetapi kalau orang-orang tidak berhenti menentang Allah, sebuah perang yang lebih parah akan pecah pada saat pontifikat Paus Pius XI. Ketika kamu melihat malam yang diterangi oleh sebuah terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa ini adalah tanda yang besar yang diberikan kepadamu dari Tuhan bahwa Ia akan menghukum dunia karena kejahatannya, dengan cara perang, kelaparan, penganiayaan terhadap Gereja dan terhadap Bapa Suci. Untuk menghindari ini, saya datang untuk memohon konsekrasi Rusia kepada hatiku yang tidak bernoda, dan Komuni untuk silih dosa pada setiap Sabtu pertama. Jika permohonanku dipenuhi, Rusia akan bertobat dan akan ada damai, jika tidak, ia akan menyebarkan kesesatannya kepada seluruh dunia, menyebabkan perang dan penganiayaan terhadap Gereja. Orang-orang baik akan dibunuh; dan Bapa Suci akan mengalami penderitaan berat, bangsa- bangsa akan dilenyapkan. Pada akhirnya Hatiku yang tak bernoda akan menang. Bapa Suci akan meng-kosekrasikan Rusia kepadaku dan Rusia akan bertobat, dan sebuah periode damai akan diberikan kepada dunia.”

 

Pesan ketiga:

Saya [Sr. Lucia] menulis dalam ketaatan kepada Engkau, Tuhanku, yang memerintahkan kepadaku melalui Uskup Leiria dan melalui Bunda-Mu yang tersuci dan Bundaku.

Setelah dua bagian yang telah kujelaskan, di sebelah kiri Bunda Maria dan sedikit ke atas, kami melihat seorang Malaikat dengan sebuah pedang yang berapi di tangan kirinya, mengkilat, mengeluarkan lidah-lidah api yang terlihat seperti seolah-olah akan menyalakan dunia dengan api, tetapi lidah-lidah api itu mati bersentuhan dengan kemuliaan yang Bunda Maria pancarkan kepadanya [malaikat itu], dari tangan kanannya. Menunjuk ke bumi dengan tangan kanannya, Malaikat itu berteriak dengan suara keras: ‘Bertobatlah, bertobatlah, bertobatlah!” Dan kami melihat di dalam sebuah terang yang besar yang adalah Tuhan: ‘sesuatu yang mirip dengan bagaimana orang orang muncul di cermin ketika mereka melewatinya’, seorang Uskup berpakaian putih ‘kami mempunyai kesan bahwa itu adalah Bapa suci’. Uskup-uskup yang lain, para imam, kaum religius laki-laki dan perempuan menanjak sebuah gunung yang terjal, pada puncaknya terdapat sebuah Salib yang besar dari batang pohon yang secara kasar ditebang seperti dari pohon perop ..; sebelum sampai ke sana Bapa suci melewati sebuah kota yang besar yang separuhnya hancur dan separuhnya gemetar, dengan langkah terhenti, terpukul dengan kesakitan dan penderitaan, ia berdoa bagi para jiwa dan jenazah yang ditemuinya di jalan; setelah sampai di puncak bukit, dengan berlutut pada kaki Salib yang besar, ia dibunuh oleh sebuah kelompok parjurit yang menghujaninya dengan peluru- peluru dan panah terarah kepadanya, dan dengan cara yang sama di sana satu persatu wafatlah para Uskup, imam dan kaum religius laki-laki dan perempuan dan bermacam orang awam dari berbagai tingkatan dan posisi. Di bawah kedua lengan Salib, terdapat dua Malaikat, masing-masing dengan wadah kristal di tangannya, yang dipakai untuk mengumpulkan darah para martir dan dengan itu memerciki para jiwa yang sedang mengambil jalan menuju Allah.”

 

Tahun ini, the Feast of Our Lady of Fatima diperingati tanggal 13 mei 2021.

Bahan dikutip dari : pewartasabda.wordpress.com, katolisitas.org



Previous
Previous

Mother's Day

Next
Next

Fatima - Relevansinya setelah 104 tahun -