Sepuluh Perintah Allah - Dari Kitab Suci sampai Tradisi
Oleh RP. Thomas Ferry Suharto, OFM
Bila kita perhatikan dengan seksama dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, ternyata perintah Allah yang mengatur kehidupan moral manusia dituliskan dua kali, pada peristiwa yang berbeda. Pertama tatkala Musa melihat “teofani” kehadiran Allah dalam semak yang menyala, perintah ini disampaikan sendiri oleh Tuhan kepada Musa (Keluaran 20:1-17) Kedua, disampaikan oleh Musa kepada bangsa Israel, tentang apa yang didengar dan diperintahkan Tuhan. (Ulangan 5:6-21)
Keduanya sama tetapi ada kalimat-kalimat tambahan guna menguatkan perintah Tuhan tsb, bandingkan antara Keluaran 20:1-17 (Kel.) dengan Ulangan 5:6-21 (Ul.) sebagai berikut:
1. Jangan ada padamu Allah yang lain (Kel.)
Sebab Aku, Tuhan Allahmu yang membawa engkau keluar dari Mesir adalah Allah yang cemburu (Ul.)
2. Jangan membuat patung berhala
3. Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu dengan sembarangan
4. Ingat dan kuduskanlah hari Sabat (Kel.)
Sebab hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, harus beristirahat seperti engkau Sebab demikianlah engkau akan mengenangkan bahwa Tuhan Allahmu membebaskan engkau dari perbudakan. Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan, tetapi pada hari ketujuh Ia beristirahat. (Ul.)
5. Hormatilah ayah dan ibumu
6. Jangan membunuh
7. Jangan berzinah
8. Jangan mencuri
9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu
10. Jangan mengingini istri sesamamu (Kel.)
Dan jangan menghasratkan apapun yang dipunyai sesamamu (Ul.)
Peristiwa dekalog (bhs Yunani artinya 10 kata) tidak terpisah dari kisah panjang pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Bangsa Israel mengimani sepuluh perintah ini, bukan semata-mata telah dibebaskan dari penjajahan bangsa Mesir, namun juga telah menjadikan bangsa Israel yang merdeka yang memiliki hak-hak asasi manusia dan hanya tunduk dan taat pada Tuhan Allah yang telah memberi peraturan-peraturan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia ini. Kepercayaan bangsa ini terhadap Tuhan demikian besar, keimanan yang seperti ini pada saat itu belum dimiliki bangsa lain di manapun juga.
DARI DEKALOG MENJADI HUKUM KASIH
Kehadiran Yesus bukan meniadakan Hukum Taurat, melainkan melengkapinya. Sepuluh perintah Tuhan oleh Yesus diperdalam dengan Khotbah di bukit (Mat. 5). Selanjutnya diajakNya para pengikut melalui pintu sempit. (Mat. 7:13-14) karena Yesus mengajar para murid-Nya dengan cara yang radikal:
Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku. (Luk. 9:23)
Bagaimana menyangkal diri dan mengikuti diri-Nya, telah ditunjukkan secara radikal pula: Menjadi miskin, artinya hidup bersandar seutuhnya pada kehendak Allah, bukan pertama-tama pada kemampuannya, seperti harta, kepandaian dll. Menjadi lapar dan haus, akan keadilan yang bersumber dari Allah, melalui tangan-tangan manusia, demi kepentingan orang lain atau sesama. Menjadi pemurah, karena mementingkan keperluan mereka yang tersingkir, orang sakit, orang asing, tahanan dan orang berdosa. Menjadi suci hatinya, laksana kaca yang mampu ditembus cahaya, dan hati kita diharapkan mampu ditembus cahaya atau Terang Allah. Menjadi rendah hati, setia sabar, mencontoh kerendahan hati Yesus sebagai Anak Allah yang bersedia menjadi manusia miskin dan hina. Membawa kedamaian, membangun tembok (benteng) untuk melawan segala macam kekerasan, membangun jembatan sebagai penghubung pertikaian.
Tuntutan Yesus yang demikian radikal membuat kita harus menyerahkan seluruh hidup kita seutuhnya pada-Nya. Menurut Sabda Bahagia (Mat. 5:1-12), kita kelak akan berbahagia di surga, namun sebenarnya kebahagiaan telah terwujud dalam hidup kita selama kita mampu menempuh jalan tersebut. Untuk melaksanakan perintah Yesus, kita membutuhkan tuntunan atau petunjuk, agar kita mampu bergerak maju menuju yang diajarkan Yesus. Petunjuk telah dinubuatkan oleh Yesaya: Kamu akan Kuberi hati yang baru, roh yang baru dalam batinmu ... sehingga kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang teguh pada peraturan-peraturanKu dan melakukannya (Yes. 36:26-27). Kesulitan, beban berat yang kita hadapi akan sirna, karena kuk yang dikenakan pada kita akan enak dan beban akan ringan. (Mat. 11:28-30). Roh Kudus mampu membuat kita seperti batu-batu hidup untuk membangun cinta kasih Allah. Roh yang sama telah memberi kekuatan pada Santo Fransiskus untuk mengucapkan “Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai”, karena perintah Yesus adalah “cinta kasih” seperti dipesankan-Nya.
Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasihKu itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. (Yoh. 15:9-10).
Karena kehadiran Yesus Kristus ke dunia bukan untuk menghapus hukum Taurat, melainkan untuk melengkapinya maka Sepuluh Perintah Tuhan pun mengalami penyempurnaan. Tradisi kristiani berusaha merumuskan kembali dengan diilhami oleh iman kristiani, sehingga siap dipakai oleh para pewarta kabar sukacita. Sepuluh perintah Tuhan demikian mudah untuk dimengerti meskipun dari kacamata kaum awam sekalipun. Beginilah bunyinya:
Akulah Tuhan Allahmu:
1. Jangan memuja berhala, berbaktilah kepada-Ku saja dan kasihilah Aku lebih dari segala sesuatu.
2. Jangan menyebut Nama Tuhan, Allahmu, tidak dengan hormat.
3. Kuduskanlah hari Tuhan
4. Hormatilah ibu-bapakmu
5. Jangan membunuh
6. Jangan berbuat cabul
7. Jangan mencuri
8. Jangan bersaksi dusta terhadap sesamamu manusia
9. Jangan ingin berbuat cabul
10. Jangan ingin akan milik sesamamu manusia secara tidak adil