The Cookies

Bayangkan saat kamu berada di airport. Ketika sedang menunggu penerbangan, kamu melihat kios yang menjual kue kering yang orang sini menyebutnya “cookies”. Kamu membeli satu bungkus, menaruhnya dalam tas perjalanan dan kemudian dengan sabar mencari kursi kosong di mana kamu bisa duduk dan menikmati cookies itu. Akhirnya kamu mendapat kursi di samping seorang pria yang berpenampilan rapih dan terlihat baik.

Kamu merogoh tas perjalanan dan mengambil bungkusan cookies tadi. Ketika melakukan itu, kamu melihat pria di sampingmu mulai mengamati dengan seksama. Dia memperhatikan kamu ketika membuka bungkusan cookies itu dan matanya mulai mengikuti setiap gerakan tanganmu ketika mengambil dan memasukkannya ke mulut. Tiba-tiba dia mendekat dan menjangkau mengambil satu kue kesukaanmu itu dari dalam bungkusan dan memakannya! Kamu sangat terkejut, kehilangan kata-kata. Pria itu tidak hanya mengambil satu, tetapi dia juga bergantian mengambilnya bersama kamu. Dari setiap satu yang kamu ambil, dia juga mengambil satu.

cookie.jpg

Sekarang, apa kesan kamu terhadap pria ini? Gila? Rakus? Berani dan kurang ajar sekali dia? Tak terbayangkan kata-kata yang bisa kamu gunakan untuk menggambarkan pria ini. Sementara itu, dia dan kamu masih melanjutkan makan cookies tadi sampai tinggal satu yang tersisa. Pada saat tinggal satu di bungkusan, tiba-tiba dengan mengejutkan pria itu meraih dan mengambil satu-satunya yang tersisa. Kemudian dia melakukan sesuatu yang tidak disangka-sangka. Dia membagi dua cookies itu dan memberikan separuhnya kepadamu. Setelah dia menghabiskan bagiannya, dia berdiri, dan tanpa sepatah katapun, dia pergi.

Kamu berpikir, “Apa yang sesungguhnya terjadi?” Kamu ditinggal duduk di sana tercengang dan masih lapar. Dalam keadaan kesal, marah dan bingung kemudian kamu kembali ke kios penjual cookies tadi. Kamu berjalan kembali ke kursi sambil pelan-pelan memperhatikan apakah pria itu masih ada. Kemudian, sekali lagi kamu membuka tas untuk memasukkan bungkusan cookies yang baru kamu beli itu. Pada saat melihat ke dalam tas, terlihat di sana ada bungkusan yang sama persis dengan bungkusan yang baru saja kamu beli. Orisinil dan belum dibuka! Sambil melompat dari bangku karena terkejut luar biasa, kamu tersadar bahwa tadi itu, sewaktu mengambil cookies milikmu, kamu telah salah mengambil dari dalam tas pria di sampingmu, dan mengambil bungkusan cookies milik pria itu dengan tidak sengaja.

Sekarang apa yang kamu pikirkan tentang pria itu? Baik hati? Toleran? Kamu baru saja mengalami pergeseran paradigma yang mendalam. Kamu melihat sesuatu dari sudut pandang yang baru. Apakah ini waktunya untuk mengubah sudut pandang kamu?   

Berkali-kali, kita diragukan oleh insting dan kecenderungan kita. Ini menghambat hubungan kita dengan teman sebaya, bawahan dan atasan kita. Cerita di atas membantu kita untuk tidak mudah menghakimi, dan mampu melihat melampaui apa yang sekilas terlihat.

- Iwan S. - (Artikel ini diambil dari berbagai sumber dan diterjemahkan oleh team E-Bulletin)

 
Kembali ke Artikel dan Renungan
Previous
Previous

Sepuluh Perintah Allah - Dari Kitab Suci sampai Tradisi

Next
Next

Wanita Pembersih Sekolah