Tulisan Romo WKICU admin Tulisan Romo WKICU admin

Refleksi Singkat Satu Tahun Tahbisan Imamat

"Tidak ada Imam yang perlu takut bahwa dalam melakukan devosi kepada Bunda Maria, dia akan mengabaikan Putranya. Pertama-tama, Bunda Maria tidak pernah menyimpan apa pun untuk Dirinya sendiri, semua yang kita berikan kepada Bunda Maria segera diberikan kepada Putranya. Dia adalah perantara (mediatrix) yang sempurna. Dia hanya campur tangan untuk menyatukan kita lebih dekat – dan Bunda Maria hanya menerima untuk memberi lebih sempurna "

Oleh S. Hendrianto, SJ

Pada tanggal 8 Juni 2020, saya merayakan ulang tahun pertama tahbisan Imamat. Satu tahun memang merupakan waktu yang singkat, akan tetapi banyak kejadian dalam satu tahun terakhir yang membuat saya merenungkan lebih dalam perjalanan singkat saya sebagai seorang Imam. Delapan bulan setelah ditahbiskan sebagai Imam, pandemi Corona menghantam seluruh dunia dan khususnya kehidupan Gereja Katolik. Gereja ditutup dan konsekuensinya Perayaan Misa dan Ekaristi Kudus dibatalkan. Karena gereja telah ditutup, maka sebagai Imam saya juga tidak dapat memberikan pelayanan sakramen yang lain, mulai dari Sakramen Pengakuan Dosa sampai Perkawinan. Pada musim panas ini seharusnya saya mendapat kesempatan pertama untuk melayani Sakramen Perkawinan seorang teman, akan tetapi kesempatan itu telah musnah karena pandemi Corona. Saya pun bertanya apakah masih ada harapan? Dimana kah saya bisa menemukan inspirasi untuk perjalanan Imamat saya yang masih muda? 

Dalam perenungan dan doa, Roh Kudus mengingatkan bahwa paling tidak saya dapat menemukan inspirasi dari dua sumber. Inspirasi pertama adalah dari Devosi terhadap Hati Yesus Yang Maha Kudus. Devosi kepada Hati Kudus Yesus telah hadir di antara para Imam Jesuit yang dimulai dengan para pendiri Serikat Yesus: Santo Ignatius dari Loyola, Santo Francis Xavier, Santo Peter Faber,  dan dilanjutkan oleh para Imam Jesuit generasi pertama seperti Santo Peter Canisius dan Santo Francis Borgia.  Serikat Yesus, yang didirikan oleh Santo Ignatius dari Loyola, mengangkat devosi Hati Yesus Yang Maha Kudus sebagai sumber penguatan bagi para Imam Jesuit dalam menghadapi banyak cobaan di masa-masa awal Serikat.  Devosi awal kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus oleh Serikat Yesus berfokus pada devosi kepada hati heroik Kristus.  Para pendiri Serikat Yesus hidup pada masa ketika mereka dipanggil untuk menjadi pahlawan membela Gereja dari gempuran agama lain dan bekerja untuk kemuliaan Allah yang lebih besar.  Devosi kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus baru mulai dikenal luas oleh Gereja ketika devosi ini dipromosikan oleh Imam Yesuit Santo Claude de la Colombiere, yang merupakan bapa pengakuan untuk Santa Margaret Marie Alacoque (1647-1690). Santa Margaret Marie Alacoque adalah seorang biarawati dari Perancis yang kepadanya Kristus menampakkan diri pada tahun 1673 hingga 1675 dan memberikan pesan bahwa hati kemanusiaan Yesus akan menjadi tanda cinta ke-Ilahian-Nya. 

Ketika saya hendak memasuki Novisiat Serikat Yesus pada tahun 2009, Paus Benediktus XVI memproklamirkan tahun 2009 sebagai tahun para imam.  Paus Benediktus XVI menyoroti beberapa aspek penting dari pelayanan imamat dengan merujuk pada contoh dan pengajaran Santo Yohanes Vianney, yang dikenal sebagai Santo pelindung semua imam.  Paus Emeritus menulis, “Hari raya Hati Yesus Yang Maha Kudus adalah hari khusus untuk berdoa bagi pengudusan para imam. Yesus berkata, ‘tinggallah di dalam kasih-Ku’ (Yoh 15:9), meskipun undangan ini ditujukan kepada semua orang yang dibaptis, pada hari ini undangan tersebut berlaku khusus bagi para imam. Doa untuk pengudusan para Imam ini dilakukan dengan acara khusus malam ini, melalui pembukaan “Tahun Imam” yang telah saya canangkan sebagai peringatan 150 tahun wafatnya Santa Yohanes dari Vianney. Yang langsung muncul di benak saya saat ini adalah perkataan Santo Yohanes dari Vianney yang sangat bagus dan menyentuh hati, dan telah dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik bahwa "Imamat  adalah cinta Hati Yesus "(Katekismus No. 1589)" [Homili Paus Benediktus XVI pada Pembukaan Tahun Imam, Basilika Santo Petrus, 19 Juni, 2009.

Ketika ditahbiskan sebagai Imam tahun kemarin, saya menerima sejumlah hadiah dari  banyak teman.  Salah satu hadiah pentahbisan yang saya terima adalah buku berjudul The Priest's Way to God.  Salah seorang teman baik saya memberikan buku itu dengan harapan buku itu dapat membantu saya tumbuh dalam kekudusan sebagai seorang imam.  Menariknya, salah satu bab dalam buku itu adalah tentang Hati Yesus Yang Maha Kudus.  Pengarang buku itu menulis bahwa kehidupan imamat harus selalu dan dalam segala hal diarahkan kepada Kristus.  Salah satu cara terbaik untuk membangun persatuan pribadi dengan Kristus adalah melalui devosi kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus.  "Sifat hubungan pribadi yang Tuhan harapkan dari kita sangat jelas ditunjukkan dalam bentuk devosi kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus, sebagaimana dijelaskan dalam tulisan Santa Margaret Mary, dan terutama dijelaskan oleh Paus Pius XI dalam Surat Ensiklik Misserentissimus Deus (1928)." (Boylan, The Priest's Way to God, 210-211)  

Setelah ditahbiskan sebagai Imam pada tahun kemarin, saya sempat kembali ke Indonesia dan merayakan Misa Syukur di berbagai tempat di Indonesia. Dalam satu Misa Syukur, seorang teman SMA saya berkata, “Hendri, semoga kamu menjadi seorang Imam yang Kudus, karena Gereja dan Dunia membutuhkan Imam yang Kudus.” Saya adalah seorang pendosa seperti orang lainnya, akan tetapi ucapan teman tersebut mengingatkan saya untuk terus tumbuh dalam kekudusan. Saya pun teringat bahwa salah satu cara untuk bisa bertumbuh dalam kekudusan adalah lebih meningkatkan devosi saya kepada Hati Yesus Yang Maha Kudus. 

Sumber inspirasi kedua bagi perjalanan imamat saya adalah Bunda Maria. Sebagai seorang Imam Yesuit, devosi kepada Bunda Maria adalah bagian dari kehidupan spiritual kita. Adapun pendiri Serikat Yesus, Santo Ignatius dari Loyola, memiliki devosi yang kuat kepada Bunda Maria.  Bunda Maria memainkan peran penting dalam panggilan dan perjalanan hidup Santo Ignatius.  Jauh sebelum dia ditahbiskan menjadi imam atau mendirikan Serikat Yesus, Santa Ignatius telah memiliki hubungan yang mendalam kepada Perawan Maria.  Ketika Ignatius terluka pada tahun 1521 oleh bola meriam dalam pertempuran di benteng Pamplona, dia dibawa kembali ke kastil keluarga untuk menjalani proses penyembuhan. Dalam masa penyembuhan itu ia membaca beberapa buku devosi yang menuntunnya untuk mempertimbangkan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Kristus dan Bunda Maria.  Ketika ia merenungkan kehidupan orang-orang kudus, Ignatius seperti merasakan kehausan spiritual yang mendalam.  Suatu malam, ketika dia terbaring dan terjaga dari tidur, dia mengalami penglihatan atas Bunda Maria dengan Kanak-Kanak Yesus.  Penglihatan ini memberinya rasa damai yang mendalam tetapi juga rasa muak yang luar biasa dengan kehidupan masa lalunya yang penuh dosa.  Setelah pertobatannya, Santo Ignatius berdoa dan berjaga (vigil) di Pertapaan Bunda Maria dari Aranzazu dan kemudian Ignatius memutuskan untuk mempersembahkan pedang dan belatinya kepada Bunda Maria di biara Benediktin di Montserrat.  Dalam pengalaman rohaninya di Sungai Cardoner, Ignatius melakukan tiga ujud doa.  Doa pertama adalah doa khusus untuk syafaat Maria, yang kedua untuk Allah Putra, dan yang ketiga untuk Allah Bapa.  Selama ziarahnya yang panjang, ia selalu membuat permohonan terus menerus kepada Bunda Maria agar Bunda “menempatkannya bersama Putranya." Permohonan ini pada akhirnya dikabulkan ketika pada saat Santo Ignatius berdoa di Kapel La Storta  "ia merasakan perubahan dalam jiwanya sehingga mendapat penglihatan bahwa Allah Bapa menempatkannya dengan Putranya sedemikian rupa sehingga dia tidak bisa meragukannya lagi." Setelah Serikat Yesus berdiri, di masa-masa awal perjalanannya, Serikat melihat Bunda Maria sebagai “Virginem Dei Matrem, quae Societatis universae patrocinium suscepit universal” (Bunda Allah yang Tak Bernoda yang memberikan perlindungan kepada Serikat Yesus).

Secara pribadi saya juga berani mengatakan bahwa Bunda Maria memainkan peran penting dalam kehidupan pribadi dan perjalanan panggilan saya. Ketika masih duduk di bangku kuliah, saya sempat meninggalkan gereja dan hal itu terus berlanjut sampai selesai kuliah. Selama kurang lebih lima tahun saya meninggalkan Gereja. Bunda Maria lah yang menyelamatkan saya dari ketersesatan. Pada awalnya hanya berdoa kepada Bunda Maria dalam mencari pekerjaan setelah saya kehilangan pekerjaan.  Tetapi perlahan-lahan, Bunda Maria membawa saya kepada Putranya.  Singkat cerita, saya pindah dari Indonesia dan menetap di Seattle, Washington. Di Seattle, saya mengalami pengalaman iman yang lebih mendalam dan Bunda Maria berperan besar dalam menguatkan iman saya.  Pada saat itu, saya mulai terlibat berbagai kegiatan di Universitas Washington Newman Center.  Newman Center baru saja menerima sumbangan patung “Our Lady of Lourdes” yang begitu menarik saya untuk masuk ke dalam kehidupan doa yang mendalam melalui devosi kepada Bunda Maria. Perjalanan iman saya di Newman Center pada akhirnya menghantarkan saya pada keputusan masuk Novisiat Serikat Yesus. Selama di Novisiat, saya meneruskan devosi terhadap Bunda Maria, khususnya melalui Latihan Rohani Santo Ignatius. Selesai Novisiat, saya melanjutkan pendidikan filsafat di Universitas Loyola di Chicago. Santa pelindung Kapel di Loyola Chicago adalah Madonna de la Strada (Bunda Maria Penunjuk Jalan), oleh karena itu saya percaya bahwa Bunda Maria berperan penting dalam membantu saya bertahan dalam studi filsafat.  Selama Tahun Orientasi Kerasulan di Santa Clara University, Bunda Maria terus menjadi pelindung saya, khususnya ketika harus menghadapi serangkaian hambatan dan rintangan dalam tugas-tugas saya.  Kunjungan ke Universitas Notre Dame membuat semakin sadar betapa saya harus bergantung pada bantuan Bunda Terberkati.  Bunda Maria juga terus menguatkan ketika saya harus menelan pil pahit dalam masa penugasan sebagai Diakon. Ketika itu saya melayani di Our Lady of Good Voyage shrine (Pertapaan Bunda Maria Penunjuk Jalan di Laut) , tetapi saya harus menghadapi prasangka rasial dari pastor kepala yang akhirnya memecat saya dari gereja tersebut.  Secara singkat sang pastor kepala tidak pernah memberi kesempatan kepada saya untuk melakukan pembaptisan ataupun berkhotbah. Kemudian dia memecat saya dengan alasan bahwa umat tidak mengerti khotbah saya. Bagaimana mungkin umat tidak bisa mengerti khotbah saya, sementara saya sendiri tidak pernah diberi kesempatan untuk berkhotbah? Tetapi, Bunda Maria menyelamatkan dan mengantar saya ke paroki yang baru dan akhirnya Bunda Maria menuntun saya kepada Sakramen Imamat.  

Pada tahbisan imamat tahun lalu, teman baik saya Kristine memberi tiga set buku yang berbeda.  Salah satunya berjudul The Spiritual Life of the Priest; buku itu sudah tidak dicetak lagi (diterbitkan pada tahun 1949), tetapi entah bagaimana Kristine berhasil mendapatkan buku itu.  Dalam salah satu bab, pengarang menulis, “Tidak ada Imam yang dapat melakukan tugasnya tanpa Bunda Maria. Dalam kebaikan hatiNya penuh belas kasihan, Bunda Maria sering bekerja sama tanpa menunggu kita untuk berpaling kepada-Nya. Akan tetapi jika kita dengan sengaja mengabaikan Bunda Maria, berarti kita telah mengurangi kekuatan tindakan kita untuk menyelamatkan jiwa-jiwa menjadi minimal dan mungkin juga kita telah menggagalkan sepenuhnya usaha kita." (Boylan, The Spiritual Life of the  Priest, 135) 

Sejatinya setiap imam harus memiliki devosi kepada Bunda Maria. Pertama, dalam menghormati Bunda Maria, kita telah bekerja sama dengan Kristus yang tinggal di dalam kita. Kedua, dalam mencari perlindungan Bunda Maria, kita telah mempercayakan kehidupan Kristus di dalam diri kita pada pemeliharaan dari Bunda Maria. Jadi dalam karya kerasulan kita, kita berpaling kepada Bunda Maria agar Dia dapat membawa dan memelihara kehidupan Kristus dalam jiwa orang-orang yang ingin kita selamatkan. Di dalam buku, The Spiritual Life of the  Priest, pengarang buku menulis lebih jauh, "tidak ada Imam yang perlu takut bahwa dalam melakukan devosi kepada Bunda Maria, dia akan mengabaikan Putranya. Pertama-tama, Bunda Maria tidak pernah menyimpan apa pun untuk Dirinya sendiri, semua yang kita berikan kepada Bunda Maria segera diberikan kepada Putranya. Dia adalah perantara (mediatrix) yang sempurna. Dia hanya campur tangan untuk menyatukan kita  lebih dekat – dan Bunda Maria hanya menerima untuk memberi lebih sempurna." ( Boylan, 139)  

Setelah merenungkan lebih mendalam perjalanan singkat Imamat saya, jelas tidak ada alternatif lain bagi saya memohon kepada Bunda Maria untuk ditempatkan di samping putraNya seperti pengalaman Santo Ignatius dari Loyola di La Storta. Saya tidak tahu apa yang akan menanti di depan, khususnya dalam kehidupan saya sebagai seorang Imam. Untuk itu saya mohon doa kepada banyak pihak yang membaca tulisan ini untuk mendoakan saya agar selalu bisa memberikan tempat khusus kepada Bunda Maria dalam kehidupan rohani dan dalam setiap aspek karya kerasulan saya.  


(Sebagian besar dari isi tulisan ini telah dipublikasikan dalam Bahasa Inggris sebagai bentuk renungan harian (Ignatian Reflections) pada tanggal 19 dan 20 Juni 2020, di blog Magis Spirituality, https://www.magisspirituality.org/ignatian_reflections)

Read More
Kesaksian WKICU Admin Kesaksian WKICU Admin

Testimony: "Health"

“God knew I was. God is a good Father who teach me how to give thanks in every situation. Now I learn how to be grateful, down-to-earth, and most above all: I learn to surrender to God’s will for my life.”

Everybody wants to be healthy. But for healthy person health itself is often taken for granted (well at least for me), since I don't smoke, drink alcoholic beverages, or overeat.

Health for me is like something that is obvious. You order a burger and get the ketchup. That's simple. Never crossed on my mind that I could get cancer. And that is what God wanted to teach me through this season.

Until 26 years old, every medical check-up that I took never mentioned any serious issue. However, only within 4 months after proposed my girlfriend, I was diagnosed with cancer. To be precise, it is alveolar soft part sarcoma. The insidious and mostly fatal tumor that already took a lot of lives, especially at their youth age between 15 and 30s.

1. The painless lump grow slowly and until it gets big enough to be noticed or caused pain, and until then the tumor mostly already spread to your other body part. I noticed there is slow growing lump in my right thigh in early 2013, but only in summer 2014 it was diagnosed as my primary tumor after several misdiagnosis from local clinic. My plans of getting married, have own house, and traveling overseas were foiled by that one diagnosis. But God have His own plan. He shows me that He puts me in a workplace where my superior know one of the best sarcoma oncologist in Korea and arranged my check-up in a short time. The timing is also not so long after Korean government gave social insurance up to 95% for cancer patient. Without social insurance, I had to pay for 10 million KRW for my surgery. After surgery, I got crutch and I learned that to be able to walk normally is a grace.

2. The tumor usually spreads to lung, brain, bone, skull, and sometimes to liver, heart, pancreas, or eye socket. In 2017, I got two metastasis surgeries for both of my lungs. It was the most painful surgery in my life as they perform thoracotomy and you can have a glimpse of how painful it is if you look up for 'thoracotomy' in Google image. But God shows me how drama queen I am. I got narcotic painkiller, laid down on comfortable bed and got treated by professional health care in hospital to cure my cancer while He was almost naked, crucified on a wooden cross and got stabbed in His side by professional executioner on top of mountain to took my sins.

3. Sometimes even state-of-the-art medical scan could miss the metastasis. That is what happened to my right shoulder. Bone scan, PET scan, X-ray, MRI, you name it- they missed the metastasis on my right humerus. On my 1,000 days wedding anniversary, I was running to catch the train after leaving my office and didn't see the tines (Forks) of forklift truck by the road. My foot got caught and out of all of my body parts, my right shoulder hit the road first. Instead of spend dinner with my family, I have to spend that night on hospital bed (again) due to bone fracture. But God works even in the most trivial things in my life. If the forklift truck wasn't there, my metastasis would grow unnoticed and could break the bone in more painful way or at more crucial timing, or even worse, the metastasis could spread further until it's too late to be treated. If the forklift truck wasn't parked in front of my office, I couldn't get worker's compensation from government and have to pay the bone fracture treatment that wasn't covered by insurance.

4. Currently there is no 100% cure for this disease, as traditional chemotherapy mostly failed and there is limitation to surgery. My oncologist know this and tried new combination of drugs (Doxorubicin and Olaratumab) instead of conventional drug in the end of 2018. My hair fall within two weeks of chemotherapy, the other side effects started kick in and I have to take a sick leave from my office. By then, my wife got our third pregnancy and it would hurt us if I got unpaid leave. But God shows me He is the God who provide. I joined my company on October 2011. The sick leave policy is three months paid leave for new until six years staff and six months paid leave for seven years staff. I took the sick leave on November 2018.

5. The drugs didn't work for me and new metastasis found on my skull in 2019. I had to underwent craniectomy and craniotomy for tumor removal. My vision nerve was affected by craniectomy and the short-term side effect was my vision got weird. To describe it easily, watch Lily Allen F You video. I couldn't drive anymore and got freaked out whenever I see people. My wife told me to enjoy the sight by regard it as a Picasso art. I love you darling. But God is a God who hears prayer. I prayed and the weird vision just gone away before return to my office. I was worried about losing my job if that kind of vision remains.

6. During early of 2020, the metastasis spread as fast as COVID-19. Metastasis in my lymph node in neck area got bigger really fast, there was another metastasis in my left arm and other small metastasis on skull. My left arm was planted with intramedullary nail because the metastasis grew really fast and already infested a portion of left humerus bone marrow. But God is our refuge and strength, an ever-present help in trouble. Another painful surgery and intramedullary nail implantation, and I know God still stays by my side, He still cares and do not forget me.

7. Start from June 2020, I take another round of chemotherapy (Pazopanib) because there is another metastasis growing on skull base around sphenoid area that is difficult to be resected. Moreover, the tumor pressed another vision nerve and caused diplopia (Double vision). Another concern for me as a breadwinner. But God is close to the brokenhearted and saves those who are crushed in spirit.

helpmegrow.jpg

First round of chemotherapy already reduced the size of tumor and the diplopia was gone right away in just a few days.

It’s already eight surgeries and two chemotherapies, which takes more than six years! During the last six years, God taught me a lot of hard lessons. I knew I was an ungrateful person. God knew I was. God is a good Father who teach me how to give thanks in every situation. Now I learn how to be grateful, down-to-earth, and most above all: I learn to surrender to God’s will for my life. And learn not to get irritated easily if someone park forklift truck right in front of my property- it could save life.

Thank you Lord for this opportunity to help me grow.


Your Beloved Son,

Daniel Dewangga

Seoul, 18 July 2020

 
Read More
Artikel & Renungan WKICU Admin Artikel & Renungan WKICU Admin

Rintangan Di Jalan

Cobaan membuat kita lebih kuat. Hidup ini penuh dengan tantangan, tetapi Tuhan akan membantu kita menghadapi tantangan ini dan membuat kita berani.

Pada zaman dahulu kala, seorang Raja meletakkan sebuah batu besar di jalan. Setelah meletakkan batu itu sang Raja kemudian menyembunyikan diri dan memperhatikan apakah ada yang mau menyingkirkan batu besar itu. Beberapa pedagang dan abdi dalem yang kaya-raya melewati jalan itu dan hanya berjalan mengelilinginya. Banyak yang dengan keras menyalahkan sang Raja karena tidak mengawasi dan memerintahkan orang-orangnya membersihkan jalan. Tidak ada satu pun yang lewat melakukan tindakan untuk menyingkirkan batu itu.

Kemudian datanglah seorang petani yang membawa banyak sayuran. Setelah mendekati batu besar tersebut, petani itu meletakkan bebannya dan mencoba memindahkan batu ke sisi jalan. Setelah banyak mendorong dan mengerahkan tenaganya, akhirnya dia berhasil memindahkan batu itu. Setelah petani kembali untuk mengambil beban sayurannya, dia melihat ada sebuah dompet tergeletak tepat di bawah tempat batu itu berada. Dompet itu berisi banyak koin emas dan sebuah catatan dari Raja yang bertuliskan bahwa hadiah ini untuk orang yang memindahkan batu itu dari jalan. Perbuatan petani itu memberikan kita banyak pelajaran dari sesuatu yang tidak pernah kita mengerti!

Setiap rintangan menghadirkan peluang untuk memperbaiki kondisi saat ini. Kita sering gagal melihat melampaui rintangan. Masalah memang ada di dalam kehidupan setiap orang, tetapi cara kita memandang masalahnya adalah yang terpenting. Memilih untuk mengacaukan hidup kita atau memilih untuk menangani masalah. Kita perlu melampaui masalah untuk mendapatkan solusinya.

Cobaan membuat kita lebih kuat. Hidup ini penuh dengan tantangan, tetapi Tuhan akan membantu kita menghadapi tantangan ini dan membuat kita berani.

“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yakobus 1:12)

“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.“ (Roma 5: 3-5)

- Iwan S. - (Artikel diambil dari berbagai sumber dan diterjemahkan oleh Team E-Bulletin)

 
Read More
Artikel & Renungan WKICU Admin Artikel & Renungan WKICU Admin

Anak Lelaki Kecil dan Pelayan Kedai

Sepatah ucapan “Terima Kasih” atau memberi “Senyuman” dapat mengubah hidup kita.

Ketika harga es krim sundae masih jauh lebih murah dari harganya sekarang ini, seorang bocah lelaki berusia 10 tahun memasuki sebuah kedai minum dan duduk di salah satu meja. Salah seorang pelayan kedai itu menghampiri dan segera menanyakan pesanan.

“Berapa harga es krim sundae?” tanya bocah itu kepada pelayan tersebut.

“Lima puluh sen,” jawab pelayan itu.

icecream1.jpg

Bocah lelaki itu mengeluarkan tangannya dari saku dan menghitung koin-koin yang berada di dalam tangannya.

“Lalu, berapa harga es krim biasa? ” bocah itu bertanya lagi.

Saat itu sudah lebih banyak orang yang sedang menunggu meja kosong dan pelayan kedai itu menjadi semakin tidak sabar. “Tiga puluh lima sen,” jawabnya kasar.

Bocah kecil itu menghitung lagi koinnya. “Kalau begitu, aku pesan satu es krim biasa saja…” katanya.

Pelayan itu mengantar es krim pesanan bocah itu, meletakkan tagihannya di atas meja dan berjalan pergi.

Bocah lelaki itu menghabiskan es krimnya, lalu membayar ke kasir dan pergi.

Pelayan itu segera menuju meja bocah tadi untuk membersihkan. Ketika sampai di meja itu dia terkejut dan hampir menangis karena melihat berjejer rapi di samping piring kosongnya ada 2 nikel dan 5 sen.

Mengertikah kamu? Bocah kecil itu tidak dapat memiliki es krim sundae karena dia harus memiliki cukup sisa uang untuk meninggalkan tip.

Kita sering melupakan dan meremehkan orang-orang di sekitar kita, orang-orang yang membantu atau melayani kita. Padahal, hanya diperlukan sebuah senyum atau ucapan kata sopan untuk membawa kebahagiaan ke dalam kehidupan orang lain. Selalu ingat orang-orang yang melayani kita di restoran, kasir di supermarket, bocah tukang koran dan lainnya. Sepatah ucapan “Terima Kasih” atau memberi “Senyuman” dapat mengubah hidup kita.

“Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu”.
— Matius 7:2

Iwan S. (Artikel ini diambil dari berbagai sumber dan diterjemahkan oleh Team E-Bulletin)

Read More
Puisi dan Karya WKICU Admin Puisi dan Karya WKICU Admin

Sekilas Metamorfosa Perjalanan Hidup

Dari cerita masa kecil yang penuh kenangan sampai suatu masa nanti yang masih menjadi misteri

Suatu cerita masa kecil yang menjadi kenangan indah
Segalanya serba sederhana dan agak susah
Memasak pakai kompor sumbu dengan minyak tanah
Pakai koin di telepon umum untuk komunikasi jarak jauh
Cari hiburan cukup nonton acara TVRI di televisi hitam putih
Atau mendengar lagu di kaset dan radio
Karena belum punya lemari es, suka beli es mambo

Tiap sore kumpul dengan teman kecil sepermainan
Di lapangan atau jalanan
Karena tidak ada yang punya rumah dengan halaman
Tidak ada uang tidak menjadi alasan
Untuk mendapatkan kegembiraan
Saat kebersamaan dalam perbedaan

Masih ingat permainan anak-anak yang dulu dipuja
Sekarang mungkin sudah tiada yang suka
Lompat tali, bola bekel dan congklak
Atau petak umpat, ular naga dan engklek
Majalah mingguan Bobo yang sangat dinanti
Suka berebut baca pertama saat diantar pagi-pagi
Majalah anak-anak yang ternyata masih beredar sampai kini
Dengan versi elektronik seperti E-Bulletin ini

Tiap malam sebelum tidur, doa bersama keluarga meski tidak semua
Kadang ikut acara rosario dan persekutuan doa
Bergantian di rumah umat dalam satu lingkungan gereja
Juga ikut perayaan Natal lingkungan dalam pagelaran musik dan drama

Setiap hari Minggu sekeluarga jalan kaki ke gereja
Suka main di bukit kecil di bawah pohon beringin depan gereja sebelum misa

Terasa dekat antara umat dengan komunitas gerejanya
Yang perhatian dan suka membantu umatnya yang kurang berada
Dengan banyaknya kegiatan sosial dan agama

Sering bertemu pastor paroki di rumah umat dan sekolah
Yang terkenal baik dan ramah
Bisa bahasa Indonesia meski asalnya dari luar negeri
Senang memberi hadiah atau tanda mata religi
Jika anak-anak bisa menjawab pertanyaannya tentang kitab suci
Dari kartu doa bergambar indah sampai rosari
Jadi banyak anak senang menjadi putra altar
Karena melihat lucu dan sabarnya sang pastor mengajar

Sekelumit cerita masa lalu yang tidak bisa kembali
Suka duka yang telah terlewati
Masa modern yang harus dijalani dewasa ini
Teknologi  canggih telah tercipta untuk hiburan dan kemudahan diri
Komputer dan ponsel jadi sarana berkomunikasi
Masalah kehidupan pun lebih bervariasi
Sampai ada cerita gempa, tsunami, kebakaran hutan dan epidemi

Dan tersisa suatu masa nanti
Yang tidak bisa diprediksi kapan terjadi
Hanya Yang Kuasa yang tahu saat diakhiri
Cerita kehidupan di dunia fana ini

LL -7/17/2020

 
Read More
Puisi dan Karya WKICU Admin Puisi dan Karya WKICU Admin

Hari Tua Yang Berbeda

Seandainya bisa memilih hari tua yang masih memaknai arti kehidupan yang tersisa

Dulu waktu diajak teman kerja
Berkunjung ke panti werdha
Terpikir akan melihat orang tua yang merana
Jadi belum mau ikut untuk sementara
Karena masih sibuk dengan masalah kantor dan keluarga
Dan tidak mau bertambah nelangsa

Baru tiga tahun lalu bisa pergi ke sana
Mencari panti werdha untuk saudara
Yang sudah tua tidak berkeluarga
Tidak suka hidup diatur siapa-siapa
Suka jatuh karena tidak ada yang menjaga

Panti jompo Katolik yang terpilih
Dengan kapel gereja, klinik dan taman yang indah
Tersedia tempat Jalan Salib dari batu
Ada dokter klinik dan rohaniwan-rohaniwati turut membantu

Ternyata hari tua di sana lebih punya arti dan tidak sepi
Ada yang melayani kebutuhan jasmani setiap hari
Serta teratur ikut kegiatan olahraga dan rohani
Berdoa dan bernyanyi dalam misa setiap pagi
Meski ada juga orang tua yang berdiam diri dan menyendiri

Bagi orang tua di sana yang masih memiliki keluarga
Selalu rindu bertemu dan berkumpul bersama
Terlihat gembira saat ada keluarga atau umat yang datang menyapa
Membawa makanan, memberi hiburan dan derma Pertanda masih ingat mereka untuk diajak bergembira

Pernah ikut kegiatan menghibur orang tua
Yang tinggal di panti werdha di Bay area
Senang melihat mereka sejenak ceria
Meski tanpa diucapkan dengan kata-kata

Ada terpikir di dalam hati
Jika masih diberi umur panjang sampai tua nanti
Dan tidak bisa mengurus diri lagi
Ada anak atau keluarga apakah mempengaruhi
Dengan siapa bercerita dan menjalani hari-hari

Berbahagialah jadi orang tua yang dihormati dengan penuh cinta
Terberkatilah anak yang menghormati dan mencintai orang tuanya

”Biarlah ayahmu dan ibumu bersukacita,
biarlah beria-ria dia yang melahirkan engkau” (Amsal 23:25)

”Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:34-35)

LL - 7/17/2020

Suatu hari, seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada kakeknya: “Kakek, kapan hari terbaik untuk berdoa?”
Jawab kakek tua bijaksana itu: “Cucuku, hari terbaik untuk berdoa adalah hari sebelum kamu meninggal dunia.”
Anak laki-laki itu heran dan bertanya lagi: “Kakek, bagaimana saya tahu hari kematian saya?”
Kakeknya menjawab:” Tidak ada seorangpun yang tahu hari kematiannya, oleh karena itu kita perlu berdoa setiap hari.”
— Diterjemahkan dari berbagai sumber -
 
Read More
Artikel & Renungan Eliza Kertayasa Artikel & Renungan Eliza Kertayasa

Where Is Your Faith?

Yesus berkata kepada mereka: ”Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu”. (Matius 17:20)

Oleh: Ichwan Susilo

anakpayung.jpg

Believe, Trust and Faith.

Ketiga kata tersebut di atas jelas memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Believe menyangkut kepercayaan akan informasi suatu peristiwa. Misalnya saya percaya bahwa kemarin terjadi gempa di kota Ambon atau jatuhnya pesawat Lion Air di laut Jawa. Walaupun kita tidak menyaksikannya sendiri namun kita percaya akan kredibilitas berita tersebut baik dari seseorang maupun dari media massa tertentu. Adapun Trust menyangkut kepada keyakinan kita kepada seseorang atau individu tertentu karena integritas, kedudukan, kharisma maupun keahliannya yang khusus. Dari ketiganya Faith menduduki tingkat yang paling tinggi karena bersifat transendental yang berada diluar jangkauan pengalaman dan panca indera kita bahkan diluar nalar akal budi kita.
Hubungan antara Believe, Trust dan Faith - dapat lebih dijelaskan dengan contoh aktual sebagai berikut:


Ada seorang penderita kanker rahim yang telah berobat ke mana saja, baik pengobatan modern maupun ke pengobatan alternatif, namun tidak sembuh bahkan semakin parah. Menurut kawan baiknya dan rujukan literatur kedokteran, jalan satu-satunya harus dioperasi dan diangkat rahimnya. Kemudian dia mengambil keputusan untuk operasi. Keputusan yang diambil ini dikatakan Believe.


Untuk pelaksanaannya dia harus memilih seorang dokter yang akan menangani operasi ini. Dari berbagai dokter yang direkomendasi, dia memilih Dr. Budi. Keputusan ini adalah Trust. Dan pada saat dia masuk ke dalam ruang operasi sebelum menjalani anestesi dia berdoa dan menyerahkan segala sesuatunya ke tangan Tuhan agar operasi ini berhasil dengan baik dan berjalan dengan lancar. Tindakan berserah terhadap penyelenggaraan Ilahi ini disebut sebagai Faith.

Tindakan Faith dapat dilihat pada cerita berikut ini:
Di suatu desa di India terkena kekeringan yang berkepanjangan, pohon-pohon mati dan sumur kering. Kemudian dipanggil seorang Brahman (pendeta Hindu) untuk upacara doa bersama di lapangan meminta hujan. Ratusan yang datang tetapi hanya seorang bocah yang membawa dan membuka payung di tengah terik matahari. Orang-orang heran dan bahkan mengejek si bocah dan mengiranya hilang ingatan. Namun terlepas apakah terjadi hujan atau tidak, tindakan si bocah ini adalah contoh FAITH yang paling nyata.
Dalam konteks cerita diatas dapat kita simpulkan sebagai berikut; Ratusan warga yang lain BELIEVE bahwa doa bersama bisa membawa hujan. Ratusan yang lain TRUST kepada kepiawaian sang pendeta untuk memimpin doa........tetapi hanya tindakan si bocah yang memiliki FAITH sehingga yakin dan percaya akan turunnya hujan.

Cerita ini adalah suatu introspeksi bagi kita semua; “Where is your faith?” Faith adalah dasar kepercayaan Kristiani yang memberikan kita harapan (hope) dan cinta kasih (charity).

Pentingnya Faith dalam kitab Injil dapat kita temukan di dalam Matius 17:20;
Ia (Yesus) berkata kepada mereka: ”Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu”.

 
Read More
Senyum itu Sehat Eliza Kertayasa Senyum itu Sehat Eliza Kertayasa

Ingin Masuk Surga

Masih mencintai dunia

students.jpg

Seorang guru agama saat pelajaran bertanya kepada murid-muridnya. "Siapa yang ingin masuk ke surga, harap berdiri!"

Semua berdiri serempak, kecuali seorang murid yang duduk di belakang..

Melihat itu sang guru menjadi heran, maka segera bertanya kepada murid yang tetap duduk itu: "Kamu tak ingin masuk surga?"

Murid itu menjawab: "Yah, pasti saya mau masuk surga, Pak Guru, tetapi boleh nggak kalau perginya bukan sekarang?"

Read More
Senyum itu Sehat Eliza Kertayasa Senyum itu Sehat Eliza Kertayasa

Raja Salomo dan Dua Ibu Mertua

Semangat sejati seorang ibu mertua

kingsalomo.png

Dua orang wanita berlari ke istana Raja Salomo untuk mengadukan perkara mereka yang rumit.

Salah satu dari mereka berteriak, "Putri saya sudah menikah dengan seorang lelaki yang kini menjadi menantu saya, tapi wanita ini mengklaim bahwa menantu saya itu adalah suami putrinya !"

"Begini saja," kata Raja setelah mendengarkan duduk perkaranya. "Aku akan memotong pria ini menjadi dua dan masing-masing anak perempuan kalian dapat memiliki sepotong."

"Saya setuju!" kata wanita pertama dengan cepat.

"Tidak, tidak, daripada dia terluka dan terbunuh, aku lebih suka membiarkan gadis lain menikahinya!" teriak wanita ke-dua.

Raja melihat hal itu dan berkata,

"Baik." katanya. "Wanita pertama boleh memiliki dia sebagai menantu."

"Apa?!" protes wanita ke dua dengan heran. "Yang Mulia memberikan kepada dia yang setuju memotong menantunya?!" sambungnya.

"Memang..." kata raja, "Dia menunjukkan semangat sejati seorang ibu mertua!"

 
Read More
Puisi dan Karya WKICU Admin Puisi dan Karya WKICU Admin

Pemeran Utama

Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga (Matius 18:3-4)

Saat kita nonton film drama percintaan dan keluarga

Di saluran televisi Hallmark atau dalam film Korea

Terlihat indah dan terasa damai di dunia

Dengan adanya orang yang baik hati sebagai pemeran utama

Selalu rendah hati dan berhati murni 

Saat melawan orang yang berhati jahat dan penuh dengki

Tetap tabah menjalani hidupnya dengan penuh cinta

Hingga cerita diakhiri dengan kebahagiaan si pemeran utama

Tak terasa turun air mata 

Meski sedih tapi hati terasa bahagia

Kalau seandainya menjadi orang seperti itu di dunia nyata

Atau tanpa disadari sudah menjadi pemeran utama

Dalam kejujuran, kebohongan, suka dan duka

Dari cerita kehidupan sejak kecil sampai tua

Yang telah ditonton dengan seksama oleh Sang Pencipta 

Yang akan sedih atau gembira 

Di akhir cerita kita di dunia fana

Apa kita perlu berperan seperti anak kecil

Dalam kitab Matius 18: 3-4, Yesus berkata

Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil 

Kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga

Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil

Dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga

Satu hal lagi yang perlu dipertimbangkan

Apakah masih perlu kita nonton film kekerasan dan kekejaman

Juga kesombongan yang menakutkan 

Yang bisa mengganggu jiwa dan batin 

Terutama bagi yang masih polos dan prihatin

Dalam masa epidemi virus Corona 

Di mana dunia seharusnya merindukan kebersamaan

Malah terjadi suatu keributan antar sesama

Menambah kebingungan dalam menilai yang baik dan yang bukan

Untuk dapat dijadikan sebagai pemeran

Yang bisa diteladani dan ditonton

Dalam cerita kehidupan semua insan

LL - 7/2/2020

 
Read More